NEWS  

Melawan Judi Online dengan “Pappaseng” Masa Lalu, Perlukah Didigitalisasi?

Pementasan I La Galigo, sarat pesan-pesan Pappaseng. (FOTO: HO/Djarum Foundation)

Pemberantasan judi online tidak hanya cukup dengan menyumbatnya di server; pemblokiran situs, akun, dan semacamnya. Kearifan lokal juga diyakini bisa mengambil peran besar. Di Sulawesi Selatan, ada “warisan” berharga bernama Pappaseng.

 

MASIH segar di ingatan, bagaimana Letda R, seorang perwira keuangan atau Paku TNI AD dari Brigif 3/Tri Budi Sakti (TBS), Maros, Sulawesi Selatan, ketahuan menilap uang kesatuan sebesar Rp876 juta.

Saat dijebloskan ke sel jaga Satria Brigade di Maros, 7 Juni 2024, dia diminta mengembalikan uang tersebut. Namun ternyata semuanya sudah ludes. Letda R tidak menggunakannya untuk membeli sesuatu untuk diri maupun keluarga. Melainkan untuk bermain judi online!

Dia mengaku mulai terkena perangkap judi online sejak Agustus 2023. Belum cukup setahun, kemampuannya untuk berpikir jernih sudah menjadi sangat keruh.

Lihatlah bagaimana judi online melumpuhkan kehidupan seseorang yang relatif harusnya bisa lebih mawas diri. Muslihat menang sekali lalu kalah berkali-kali membuat banyak orang lupa diri. Tak peduli dia petinggi atau orang penting di tengah masyarakat. Apalagi rakyat kecil yang secara ekonomi mungkin juga lemah. Judi online diharap bisa menjadi jalan keluar namun nyatanya berujung jalan buntu, bahkan sesat.

Data yang dibeberkan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) RI, Budi Arie Setiadi memang menunjukkan betapa bahayanya judi online. Budi mengungkap bahwa jumlah penduduk Indonesia yang terlibat dalam aktivitas judi online mencapai 4 juta orang.

“Perkembangan judi online yang besar juga menjadi ancaman bagi Indonesia. Data dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), transaksi judi online pada kuartal pertama tahun 2024 bisa mencapai Rp600 triliun,” ujar Budi pada sarasehan bersama Kadin Indonesia di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Kamis, 3 Oktober 2024.

Tragisnya, mereka yang berharap “rezeki” dari sekadar memencet gawai dan mentransfer sejumlah uang dan dianggap sebagai “modal”, mayoritas berada di usia produktif; 30-50.

Presiden terpilih RI, Prabowo Subianto juga sempat mengungkap kegelisahannya dalam rapat kabinet pada September lalu. Menteri Pertahanan RI itu bahkan menyebut judi online sebagai salah satu tantangan besar yang perlu diatasi. Sebab, dampaknya begitu luas dan “membunuh” masyarakat.

Pesan dari Leluhur

Pemerintah melalui Kemenkominfo sebenarnya sudah berbuat banyak untuk mengatasi judi online. Bahkan sejak Budi dilantik pada 17 Juli 2023 saja, kementeriannya sudah menutup akses 3,4 juta konten perjudian online.

“Kita telah melakukan langkah-langkah strategis untuk memberantas praktik ilegal yang merugikan masyarakat dan negara,” ucap Budi.

Kemenkominfo juga menggandeng berbagai lembaga pemerintah dan swasta, organisasi masyarakat, dan mahasiswa, bahkan hingga kelompok “emak-emak”. Targetnya agar meningkatkan efektivitas kampanye mengenai bahaya judi online.

Lintas kementerian di bawah Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan juga melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh keagamaan. Menko Polhukam Hadi Tjahjanto, Menkominfo Budi Arie Setiadi, Kepala PPATK Ivan Yustiavandana, dan lainnya sudah membangun komitmen dengan para tokoh masyarakat hingga di daerah-daerah.

“Tokoh masyarakat dan tokoh keagamaan berperan penting dalam mengimbau masyarakat dan mencegah supaya tidak terjebak dalam lingkaran perjudian online, serta dapat menyadarkan mereka yang sudah terjebak betapa bahayanya judi online,” ucap Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI.

“Saya yakin itu merupakan benteng paling pokok, di samping kita terus tetap melakukan pemblokiran terhadap situs, server. Kita kejar bandarnya, kita upayakan penjudinya ditindak,” imbuh Muhadjir.

Nah, di situ jugalah menurut Lory Hendradjaya, penggiat kebudayaan di Kabupaten Maros, pesan-pesan leluhur bisa berperan. Para tokoh di masyarakat tak boleh lelah menyampaikan itu. Lebih bagus lagi, imbuh Lory, Senin, 7 Oktober 2024, jika bisa didigitaliasi. Generasi milenial, bahkan gen Z dan seterusnya bisa mengaksesnya dengan “asyik”.

Di Sulawesi Selatan, pesan-pesan leluhur itu dikenal dengan Pappaseng. Secara harfiah, pappaseng memang berarti pesan.

Pappaseng biasanya berbentuk sastra lisan yang berisi petuah dan nasihat untuk menghadapi berbagai masalah kehidupan. Pappaseng juga merupakan falsafah hidup masyarakat Bugis yang mengandung nilai-nilai luhur. Berisi pertimbangan-pertimbangan tentang sifat baik dan buruk.

Pappaseng seperti layaknya jenis sastra lainnya, juga sering memakai metafora untuk mempertegas pesannya. Contohnya; “De’ nalabu essoe ri tengngana bittarae” yang berarti tak akan tenggelam matahari di tengah langit. Maknanya, manusia tak akan mati sebelum ajalnya sampai.

Lory yang juga seorang penyair puisi dan penyiar radio itu mengeluarkan sebuah Pappaseng yang bisa digunakan untuk mencegah atau bahkan mengobat mereka yang telanjur kecanduan judi online.

“Ko maccoekko seddi gau, aja muita mawangi diolomu. Itai toi addimunrianna”.

Artinya, “Jika ikut serta melakukan sesuatu, jangan hanya melihat apa yang terjadi setelahnya. Tetapi lihatlah dampak kejadiannya di masa mendatang”.

Ada juga, “Lele bulu tellele abbiasang.” Terjemahannya, “Runtuh gunung tak runtuh kebiasaan”.

“Itu pepatah bahwa betapa sulit mengubah kebiasaan. Termasuk para penjudi online. Kalau sudah telanjur kena dan jadi kebiasaan, sulit mengubahnya,” imbuhnya. Kecuali, lanjut dia, ada dorongan dan Pappaseng dari orang-orang sekitar.

Pappaseng lain yang menurut Lory juga powerfull untuk melawan judi online adalah “Siri”. Itu kosakata yang relatif sudah dikenal juga di luar Bugis. Sebab ada lagu hingga filmnya. Siri merupakan manifestasi rasa malu. Bahkan bisa berubah menjadi “Pakasiri-siri” atau memalukan.

“Sungguh memalukan jika terjerat utang gara-gara judol,” imbuh Lory.

Penggiat kebudayaan di Kabupaten Maros, Lory Hendradjaya mengulas soal Pappaseng. (FOTO: IMAM DZULKIFLI/MATAMAMAROS)

Seorang pegawai di Pemkab Maros, salah satu korban judi online sudah merasakan “Pakasiri-siri” itu. Banyak yang hilang dari dirinya dan keluarganya gara-gara judi online. Kehilangan “muka” hingga harta benda.

Beruntung, dia segera tersadar dengan Pappaseng.

“Kalau tidak, saya bisa makin hancur,” ucapnya. Sayangnya, karena pertimbangan Siri itu juga, dia tak ingin namanya dipublikasikan. Inisial pun, katanya, jangan ditulis.

Pappaseng, warisan dari masa lalu, dapat disampaikan secara monolog atau dialog. Itu akan jadi kekuatan dahsyat, lanjut Lory, jika pemerintah masif mengkampanyekannya. Termasuk dalam versi digital. Apalagi, Pappaseng juga sebenarnya dikenal juga pada daerah dan banyak suku di Indonesia. Hanya dengan istilah dan teknis yang berbeda.

Khusus Pappaseng, banyak terdapat dalam Lontara, semacam “kitab”. Lontara punya aksara sendiri. Dinamakan aksara Lontara. Aksara tersebut aktif digunakan sebagai tulisan sehari-hari maupun sastra Sulsel sejak abad 14 hingga awal abad 20, sebelum fungsinya berangsur-angsur tergantikan dengan huruf latin.

Dalam catatan Badan Pusat Statistik dari hasil Sensus Penduduk 2010 saja disebutkan terdapat 1.340 kelompok suku di Indonesia. Salah satunya adalah masyarakat suku Bugis yang mendiami sejumlah wilayah di Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).

Lontara sendiri berasal dari kata “lontar” yang merupakan spesies flora endemik di Sulsel dan menjadi aksara tradisional masyarakat Bugis dan Makassar.

Pada I La Galigo, sebuah karya sastra terpanjang di dunia yang merupakan warisan nenek moyang masyarakat Sulawesi Selatan, naskah ditulis dengan aksara Lontara pada wadah berbentuk unik. Yaitu selembar daun lontar yang panjang dan tipis digulungkan pada dua buah poros kayu sebagaimana halnya pita rekaman pada kaset. Teks kemudian dibaca dengan menggulung lembar tipis tersebut dari kiri ke kanan. Wadah dari naskah ini tersimpan rapi sebagai koleksi Tropenmuseum, sebuah museum antropologi di Amsterdam, Belanda.

Aksara ini digunakan untuk menuliskan pesan atau dokumen penting lainnya di atas daun lontar, jauh sebelum kertas ditemukan.

I La Galigo juga dikontenkan melalui pertunjukan-pertunjukan teater yang merupakan adaptasi dari hikayat La Galigo yang dikreasi oleh sutradara asal Amerika Serikat, Robert Wilson. Pertunjukan ini telah ditampilkan secara internasional sejak 2004.

Konten dan Keragaman Budaya Lokal

Kemenkominfo bukannya tinggal diam. Mereka memperlihatkan keseriusan untuk menempuh langkah itu. Termasuk memanfaatkan keragaman budaya Indonesia yang didigitalisasi. Kementerian berniat membangun ekosistem kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI).

Dirjen Aplikasi Informatika Kemenkominfo, Hokky Situngkir menuturkan, konten kebudayaan yang diproduksi oleh masyarakat Indonesia, baik di era digital maupun sebelumnya, menjadi kekuatan unik yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan teknologi AI untuk kebaikan bangsa.

“Karena konten kita luar biasa, bukan hanya populasi, bukan jumlah, volume tapi juga keragaman,” tutur Hokky dalam Workshop “AI Ecosystem Development” di Jakarta Selatan, Selasa, 24 September 2024.

Keragaman itu, menurut Hokky, tercermin dengan data. Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah pengguna digital yang sangat besar. Penduduk negeri ini, dari Sabang sampai Merauke, adalah pengguna nomor empat terbesar di YouTube, nomor tiga di WhatsApp, dan nomor dua di TikTok.

“Angka-angka ini menunjukkan betapa terhubungnya masyarakat kita dalam ekosistem digital. Kita sebagai bangsa tidak hanya menjadi konsumen konten, tetapi juga produsen konten. Tanpa konten, konektivitas kita menjadi hambar apa yang dikomunikasikan kalau tidak ada konten,” jelasnya.

Hokky mengingatkan peluang Indonesia dalam memproduksi konten lokal yang kaya dan beragam.

“Kita memiliki 714 bahasa di seluruh nusantara, dan ini merupakan peluang besar bagi pengembangan teknologi AI, terutama dalam hal Large Language Model yang mampu mengenali dan memahami bahasa-bahasa daerah,” jelasnya.

Hokky mengklaim upaya untuk mendigitalisasi konten budaya sudah dimulai lebih dari satu dekade lalu.

“Sebelum era digital pun, kita sudah menghasilkan konten yang luar biasa, dan sekarang dengan teknologi AI, kita bisa memproses dan mengembangkan konten tersebut menjadi aset yang lebih berharga,” katanya.

 Berangus Sampai Detail

Sejak 17 Juli 2023 hingga 17 September 2024, Kementerian Kominfo telah bekerja keras membersihakn ruang digital dari praktik sesat. Jumlah pasti konten perjudian yang sudah diputus aksesnya adalah 3.383.000.

Menkominfo Budi Arie Setiadi menjamin pemerintah adalah berada di barisan paling depan untuk melindungi rakyat kecil dari judi online yang disebutnya sebagai penyakit, wabah, dan penipuan.

Budi mengaku juga sudah mengajukan pemblokiran 573 akun e-wallet terkait judi online kepada Bank Indonesia, serta menangani 29.000 lebih sisipan halaman judi pada situs lembaga pemerintahan dan pendidikan.

Kemenkominfo bahkan mengurusi hingga kata kunci di internet. Budi menyebut sudah  mengajukan 20.842 kata kunci terkait judi online kepada Google sejak 7 November 2023 hingga 8 Agustus 2024 dan 5.173 kata kunci kepada Meta sejak 15 Desember 2023 hingga 8 Agustus 2024 untuk memblokir akses konten terkait.

Menkominfo Budi Arie Setiadi memutus akses 3.383.000 konten perjudian sejak 17 Juli 2023 hingga 17 September 2024. (FOTO: KEMENKOMINFO)

Kementerian juga memberi peringatan kepada platform untuk mengendalikan Domain Name System (DNS) publik. Sebab, itu bisa jadi celah akses judi online. Ada pula pemutusan akses IP address yang masuk dalam blacklist.

“Selain itu, kebijakan pemutusan Network Access Point (NAP) dari negara seperti Kamboja dan Filipina juga diperkuat, serta pemblokiran VPN gratis yang digunakan untuk mengakses situs judi,” ujar Budi.

Kemenkominfo pun mengeluarkan perintah audit terhadap Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) yang berpotensi digunakan untuk aktivitas judi online, khususnya di sektor keuangan. Bila ada indikasi pelanggaran, tanda daftar PSE dapat dicabut.

“Kominfo juga menetapkan kebijakan pembatasan transfer pulsa dengan maksimum Rp1 juta per hari untuk mencegah penyalahgunaan pulsa dalam transaksi judi online, serta meminta 11.693 PSE menandatangani pakta integritas untuk memastikan komitmen mereka,” tutur Budi.

Kolaborasi lintas sektor menjadi prioritas, termasuk bekerja sama dengan 11 asosiasi dan perhimpunan dalam memperkuat pemberantasan judi online. Kementerian Kominfo juga menjalin koordinasi dengan asosiasi fintech seperti Aftech dan AFPI untuk melakukan pendataan terhadap fintech, khususnya pinjaman online, yang diduga digunakan dalam aktivitas perjudian.

Mengapa semua itu perlu dilakukan? Kata Budi, pemberantasan judi online ini menjadi prioritas utama pemerintah. Selain melibatkan jumlah nilai ekonomi yang besar, kerugian yang jumbo, juga memiliki daya rusak terhadap ekonomi negara.

“Judi online ini bisa menurunkan daya beli masyarakat, sehingga ekonomi kita tidak produktif. Uang rakyat diambil atau dipakai bukan ekonomi yang memiliki multiplier effect bagi pengembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional,” tandasnya.

Terobosan yang dilakukan Kemenkominfo sesungguhnya telah membuahkan hasil. Tercatat penurunan akses masyarakat pada situs judi online di angka 50 persen.

Meski demikian, Menteri Budi Arie masih kurang puas karena capaian ini hanya separuh dari keseluruhan aktivitas transaksi judi online.

“Ini baru setengah aja ini. Berdasarkan data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Juli 2024, terjadi penurunan jumlah deposit masyarakat pada situs judi online sebesar Rp34,49 Triliun,” jelasnya.

Kementerian Kominfo juga terus mendorong edukasi masyarakat mengenai bahaya judi online melalui berbagai program literasi digital. Plus, melibatkan berbagai elemen masyarakat, seperti mahasiswa, ibu-ibu, dan pemuda, untuk mengkampanyekan bahaya judi online.

Tradisi dari para leluhur, seperti Pappaseng dari Sulawesi Selatan, juga akan sangat membantu ikhtiar-ikhtiar itu. Apalagi, seperti kata Lory, jika didigitalisasi dengan masif, melalui konten yang menarik dan kekininian. (imam dzulkifli)