NEWS  

Derita Para Nelayan dan Sopir Truk, Solar Langka Lagi

Nelayan menambatkan perahu di dermaga Desa Pajukukang, Kecamatan Bontoa, Maros, Kamis, 13 Juni 2024. (FOTO: ASTY UTAMI/MATAMAROS)

MATAMAROS.COM — Nelayan di Kabupaten Maros mengeluhkan langkanya solar. Muhammad Ali, salah satu nelayan di Kecamatan Bontoa,mengaku saat ini masih bisa melaut tetapi menggunakan bahan bakar yang harganya jauh lebih mahal.

Saat ini, stok solar di SPBUN langganan mereka sedang kosong.

“Kalau beli solar eceran itu harganya Rp8 ribu, biasanya beli sekitar Rp40 ribu. Kalau di SPBUN itu Rp20 ribu,” tutur Ali, Kamis, 13 Juni 2024.

Nelayan pencari kepiting itu mengaku penghasilannya makin menipis. Saat ini harga kepiting juga disebutnya murah, Rp25 ribu per kilo. Setiap hari hanya bisa dapat 3-5 kilo kepiting dengan menyebar 400 rakkang (alat tangkap).

Sementara itu salah satu pemilik SPBUN di Bontoa, Andi Syarifuddin, mengatakan kelangkaan ini sudah terjadi selama sepekan.

Dia mengklaim kelangkaan memang terjadi di pusat distribusi. “Stoknya memang agak kurang, memang bermasalah dari depo,” ucapnya.

Syarifuddin mengungkapkan, SPBUN miliknya bisa menampung 8.000 satu kali pengiriman. Pihaknya sudah dijanji Pertamina akan mendapat suplai satu atau dua hari ke depan.

Sopir Truk Menginap di SPBU

SPBU-SPBU di Kabupaten Maros juga mengalami kelangkaan solar. Pantauan MataMaros.com, mulai dari SPBU Pattunuang hingga SPBU Ballu-ballu antrean mengular hingga ke badan jalan.

Antrean truk pada salah satu SPBU di Maros, Kamis, 13 Juni 2024. (FOTO: ASTY UTAMI/MATAMAROS)

Sebagian besar truk yang mengantri merupakan truk pengangkut logistik antarprovinsi.

Salah satu sopir, Malik mengatakan, sudah sebulan solar sulit ditemukan. “Harganya normal, tapi sulit didapat,” katanya, Kamis, 13 Juni 2024.

Malik mengaku, demi mendapatkan solar dirinya terkadang harus menginap di SPBU. Akibatnya dia terlambat membawa muatan.

Sopir lainnya, Ibrahim juga mengeluhkan hal serupa. Ia harus menunggu hingga berjam-jam demi mendapatkan solar di SPBU.

Kelangkaan solar ini membuat dirinya harus lebih lama di perjalanan. “Karena harus mengantre lama di SPBU, kadang sampai 4 jam kadang juga sampai menginap,” terangnya.

Para sopir berharap pemerintah bisa bertindak terkait kelangkaan solar ini. “Kalau bisa perbanyak stok solarnya supaya sopir tidak kesulitan,” sergah Ismail. (ast)