NEWS  

Cara Nelayan Tupabiring Menyambung Hidup Saat Tak Bisa Melaut

Seorang nelayan Tupabiring memperlihatkan kapal-kapal yang hanya bisa ditambatkan di dermaga. (FOTO: ASTY UTAMI/MATAMAROS)

MATAMAROS.COM — Cuaca ekstrem membuat nelayan di Desa Tupabiring, Kecamatan Bontoa, Maros, berhenti melaut.

Salah satu nelayan, Hamka mengaku sudah seminggu tak melaut. Terlalu berisiko menembus ketinggian ombak mencapai 3 meter.

“Itu bahaya, apalagi kalau mesin kapal tak mampu menembus,” katanya, Rabu, 24 Januari 2024.

Saat cuaca normal, Hamka biasanya melaut hingga perairan Parepare atau Takalar. “Dari situ bisa dapat Rp300 ribu hingga Rp1 juta. Biasanya kami tangkap ikan cakalang dan ikan tuing-tuing,” tambahnya.

Dalam kondisi sekarang, Hamka hanya bisa mengumpulkan kerang untuk mendapatkan penghasilan. Ambilnya di tepi laut saja, lalu dijual ke pasar.

Nelayan lainnya, Supardi mengaku terpaksa menganggur jika cuaca buruk. Hidup sehari-hari mengandalkan tabungan.

“Yah sambil memperbaiki kapal serta mencuci mesin dan perbaiki jaring,” terangnya.

Sejumlah nelayan lain mengisi waktu dengan menjadi kuli bangunan. Upahnya berkisar Rp90 ribu per hari.

Kepala Desa Tupabiring, Muhammad Arif menyebutkan, sejak 2023, para istri nelayan setempat dilatih untuk membuat rakkang atau alat tangkap kepiting. Tujuannya, agar para istri bisa mendapatkan penghasilan tambahan saat cuaca buruk.

“Makanya, kami berharap kepada pemerintah kabupaten khususnya dinas perikanan, kalau ada pengadaan rakkang bisa beli di warga kami, agar bisa menambah penghasilan mereka,” ucap Arif. (ast)