NEWS  

Merawat Toleransi dari Halaman Polres

Pembangunan Rumah Ibadah Bhineka Tunggal Ika di halaman kantor baru Polres Luwu Timur.

Luwu Timur boleh jauh; 12 jam perjalanan darat dari Makassar, ibu kota Sulawesi Selatan. Tetapi wajah asli Indonesia ada di sana. Termasuk di halaman kantor polres-nya.

 ***

BRIPKA Muh Taufik baru lepas dinas sore itu, Selasa 9 Mei 2023. Seragam cokelatnya masih di badan. Dia melangkah tegap menuju rekan-rekannya yang sedang menyekop pasir dan mengangkat batu gunung. Sepatu boot-nya sekejap dipenuhi becek tanah merah. Hujan dengan intensitas sedang dilanjut gerimis turun sejak siang.

Taufik dan rekan-rekannya dari Polres Luwu Timur memang harus membantu para tukang mengerjakan pembangunan tempat suci. Makanya mereka rela menyisihkan waktu sepulang kerja. Seperti ketika penulis datang waktu itu. Rambut mereka basah oleh air hujan, badan kuyup oleh keringat karena mengeluarkan energi yang cukup besar. Satu orang pamit untuk pergi membeli gorengan.

Para tukang dan polisi itu bahu-membahu menuntaskan pembangunan tiga rumah ibadah. Lokasinya di lanskap perbukitan Puncak Indah, Malili, ibu kota Kabupaten Luwu Timur. Tepatnya di hamparan lahan yang di dalamnya juga sedang dibangun kantor baru Polres Luwu Timur. Sebentar lagi ditempati.

Ya, Anda tidak salah baca. Memang ada tiga rumah ibadah yang sedang dikerjakan. Progresnya pun relatif cepat. Batu pertamanya diletakkan Jumat, 9 Desember 2022. Kini tiang-tiang sudah berdiri, sebagian dinding sudah jadi, sebagian atap sudah dipasang. Bentuk dan ornamen khasnya masing-masing pun semakin kelihatan.

Masjid, rumah doa, dan pura berdiri berdampingan di halaman kantor Polres. Menggambarkan betapa majemuk dan sejuknya Kabupaten Luwu Timur.

Masing-masing rumah ibadah sudah punya nama. Masjid Al-Ukhuwah, Rumah Doa Tribrata Kasih, dan Pura Tri Buana. Gabungan tiga tempat itu disebut sebagai kompleks Rumah Ibadah Bhineka Tunggal Ika.

Kapolres Luwu Timur, AKBP Silvester MM Simamora menjelaskan arti nama-nama itu. Masjid Al-Ukhuwah bermakna masjid persaudaraan, Rumah Doa Tri Brata Kasih bermakna Polri yang melayani masyarakat dengan cinta kasih, dan Pura Tri Buana bermakna tiga alam yang menjadi pelindung masyarakat.

“Harapan saya, sarana ini mendekatkan anggota Polri dan masyarakat pada nilai-nilai antar umat beragama yang hidup rukun damai dan bersatu, sehingga tercipta Bhineka Tunggal Ika,” ucap Silvester.

Bupati Luwu Timur, Budiman, mengungkapkan apresiasinya terhadap ide pihak kepolisian untuk membangun tiga rumah ibadah tersebut.

“Ide ini juga sejalan dengan visi kabupaten Luwu Timur yakni berkelanjutan dan lebih maju berlandas nilai agama dan budaya. Maka benarlah jika Luwu Timur disebut Indonesia mini,” ucap Budiman.

Dia berharap pembangunan ini dapat terselesaikan secara bersamaan. Bersamaan diletakkan batu pertamanya dan nantinya kembali diresmikan bersama-sama.

“Kita tahu bahwa Luwu Timur ini kabupaten yang beragam. Semua agama ada, suku, dan adat istiadat. Pembangunan masjid, rumah doa, dan pura ini menandakan begitu pluralnya masyarakat kita. Tidak ada cara lain selain saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada,” tutur Budiman.

Peletakan batu pertama tiga rumah ibadah, Jumat, 9 Desember 2022.

Sebagai salah satu daerah penempatan transmigrasi di Sulawesi Selatan, Luwu Timur memang dihuni oleh beragam suku dan tentu saja agama. Selain penduduk asli, rumpun masyarakat semakin variatif dengan kehadiran transmigran dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, NTB, Bali, Ambon, Poso, maupun Timor Timur.

Untuk agama, sebanyak 75,40 persen masyarakat memeluk Islam, 18,43 persen Kristen, 6,11 persen Hindu, dan ada juga Budhha serta beberapa agama lainnya.

Itu jugalah yang membuat Silvester sejak tiba di Bumi Batara Guru –julukan Luwu Timur, 16 Agustus 2021, selalu fokus untuk merawat kerukunan di wilayah tugasnya. Dia percaya, dengan kerukunan, harmonisasi akan tercipta, keamanan dan ketertiban selalu terjaga. Polri pun bisa lebih mudah melaksanakan tugasnya.

Kepala Kantor Kemenag Luwu Timur, Misbah juga memberi jempol pada inisiasi membangun tiga rumah ibadah. Kata dia, ini suatu terobosan yang bagus mengingat dari sekian lama fasilitas seperti ini belum tersedia.

“Secara otomatis, dengan tersedianya rumah ibadah ini, mempermudah para penganut agama untuk mendekatkan diri kepada Tuhan,” sebut Misbah.

Misbah membayangkan beberapa waktu ke depan masyarakat yang berkunjung ke Polres untuk berbagai keperluan, tak perlu khawatir lagi saat tiba waktunya beribadah. Atau bahkan sekadar masuk untuk berdoa sejenak dan menenangkan hati.

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Luwu Timur, H Ardias Bara yang ditunjuk sebagai ketua panitia pembangunan tiga rumah ibadah ini menuturkan, seluruh anggaran berasal dari swadaya masyarakat. Itu lagi-lagi menjadi simbol kebersamaan dalam keberagaman.

Sedangkan anggota DPRD Luwu Timur, I Made Sariana yang menjadi representasi umat Hindu, menilai, pembangunan pura di halaman polres menunjukkan rasa toleransi yang kuat. Dia mengaku sangat bahagia.

“Itu juga yang membuat teman-teman anggota polisi ikut menyumbang tenaga. Bagi kami tiga rumah ibadah di halaman polres akan menjadi hal yang istimewa, persembahan untuk Luwu Timur dan masyarakat,” ucap Bripka Muh Taufik sore itu, dengan sepatu yang makin becek dan keringat yang tak henti mengucur.

Sementara itu, pria paruh baya yang tadi pamit membeli gorengan sudah datang. Para tukang dan polisi yang tadi memegang sekop kini berkumpul, ngemil, dan minum kopi.

Setelah rihat dirasa cukup mereka mengambil lagi peralatannya. Ada yang memasang batu, mengangkut pasir, hingga memplester dengan semen. Mereka bekerja sampai petang tiba.

Kerja keras dan kerja sama itu membuat tiga rumah ibadah tersebut tak lama lagi akan berdiri sempurna. Bangunan suci bertetangga yang bakal mengirim pesan penting untuk negeri ini; indahnya toleransi, dari halaman sebuah kantor kepolisian resor, di ujung paling timur Sulawesi. (imam dzulkifli)