NEWS  

Jenguk Balita Tanpa Anus di Maros, Pangdam Jamin Biaya Pengobatan Sampai Sembuh

Panglima Kodam XIV/Hasanuddin, Mayjen TNI Andi Muhammad menemui orang tua Salma. (FOTO: ASTY UTAMI/MM)

MAROS, MM – Derita Salma (4) yang mengalami atresia atau atresia ani (tidak ada anus) ternyata menyedot empati dari berbagai pihak. Tidak terkecuali Panglima Kodam XIV/Hasanuddin, Mayjen TNI Andi Muhammad.

Muhammad pun menyambangi kediaman orang tua balita tersebut di Desa Borikamase, Dusun Tabbenge, Kecamatan Maros Baru, Rabu, 16 Februari 2022.

“Saya dapat informasi dari babinsa saya bahwa Pak Mansur (bapak dari Salma) mempunyai anak yang tidak memiliki anus,” katanya.

Muhammad pun menyiapkan langkah penuntasan persoalan bocah tersebut. “Kami akan bawa ke Rumah Sakit Pelamonia Makassar untuk dioperasi,” ungkapnya.

Mantan Kasdam XIV/Hasanuddin juga bakal memberikan pengawalan untuk kondisi kesehatan anak tersebut. “Biayanya akan kami tanggung hingga tuntas,” tutur Muhammad.

Cucu dari pahlawan nasional Andi Mappanyukki itu menyebutkan, seluruh anggota harus menjadikan 8 wajib TNI sebagai pedoman.

“Terutama yang kedelapan, mempelopori usaha-usaha mengurangi kesulitan rakyat sekelilingnya,” ucapnya.

Muhammad pun berjanji membuatkan rumah Salma. “Kita bisa lihat sendiri kondisi rumahnya sudah tidak memungkinkan,” imbuh pria kelahiran 7 Agustus 1964 itu.

Ia berpesan jika kelak Salma telah sehat agar disekolahkan dengan baik. Serta diajar mengaji supaya bisa berbakti kepada orang tua.

Mansur, bapak Salma, mengatakan, buah hatinya itu sejak lahir memang tak memiliki anus. “Dulu telah dioperasi waktu umur 20 hari,” ungkapnya.

Mansur menceritakan anaknya ini hampir tidak memiliki keluhan bahkan hampir sama dengan anak normal lainnya.

“Salma kesehariannya keluar bermain bersama temannya, cuma harus minum susu secara terus menembus. Makan nasi hanya sesekali,” beber pria 38 tahun itu.

Nurjannah mendampingi Salma buah hatinya. (FOT: ASTY UTAMI/MM)

Diagnosis terakhir menyatakan, Salma harus menjalani operasi selama dua kali. Dia mengatakan biaya operasi kedua butuh Rp30 juta. Sedangkan upahnya sebagai buruh bangunan hanya Rp90 ribu rupiah per hari.

“Untuk kebutuhan setiap hari saja kami kesulitan, apalagi disuruh bayar sebanyak itu. Kami mau ambil dari mana uangnya kasian, penghasilan juga kadang tidak menentu apalagi musim hujan,” tutur Mansur.

Itulah yang membuat Mansur dan istrinya Nurjannah belum berani memboyong anaknya meninggalkan rumah untuk menjalani rawat medis lanjutan.

“Kesulitan kami juga saat ini tidak ada kendaraan yang digunakan untuk bolak balik ke rumah sakit,” ucapnya.

Namun kini, harapan muncul. Panglima berjanji membiayai Salma sampai sembuh. Mansyur dan Nurjannah sesenggukan, berusaha menahan tangis, namun gagal. Haru mengalir di seisi rumah. (ast)