NEWS  

Warga Minasaupa Mulai Beralih ke Penggemukan Kepiting, Diminati Tiongkok dan Singapura

Tambak-tambak warga di Desa Minasaupa mulai diisi kepiting, satu tahun terakhir. (FOTO: ASTY UTAMI/MM)

MAROS, MM – Usaha penggemukan kepiting bakau mulai dilirik warga Desa Minasaupa, Kecamatan Bontoa. Salah satu petani tambak, Burhan, sudah melakukannya sejak setahun terakhir.

“Karena melihat nilai ekonomi yang lebih tinggi jika dibanding budidaya udang atau ikan,” katanya, Jumat, 22 Oktober 2021.

Pemeliharannya juga disebut Burhan lebih mudah. Modalnya sedikit, keuntungannya lebih banyak, dan risiko kepiting terkena penyakit lebih rendah.

Pembeli pun tak hanya datang dari Maros. Kepiting-kepiting itu punya pasar ekspor. “Biasanya dijual di pengepul yang nanti akan di kirim ke Tiongkok atau Singapura,” ujarnya.

Khusus di Desa Minasaupa, terdapat tiga jenis bibit yang dikembangbiakkan di tambak warga. Jenis larva yang baru bisa dipanen setelah empat bulan. Bibit kepiting ukuran 5 gram yang dipanen setelah 1-2 bulan usai ditebar. Kepiting kurus yang sengaja digemukkan.

Khusus kepiting kurus yang sengaja digemukkan, kata Burha, merupakan kepiting yang tidak lolos sortir. Oleh petani tambak dibeli, kemudian digemukkan lagi. Jenis ini yang paling cepat proses Panen nya. Lima belas hari saja. Bibit kepiting tersebut dibeli dari luar Kabupaten.

Burhan, salah seorang petambak di Desa Minasaupa. (FOTO: ASTY UTAMI/MM)

“Kalau larva dibeli di Barru, sementara yang kepiting kurus itu dibeli di Manokwari,” tuturnya.

Ada beberapa yang perlu di perhatikan dalam proses budidaya kepiting bakau. Terutama pemberian pakan.

“Untuk Jenis larva itu diberi makan udang rebon, sementara yang lainnya diberi makan ikan bete-bete, sekali sehari,” imbuh Burhan.

Saat ini terdapat 30 warga yang membudidakan kepiting bakau di Desa Minasaupa. Lahan yang digarap sekitar 12 hektare. (ast)