NEWS  

Positif Rapid Test Belum Tentu Positif Covid-19

MAROS, MM – Rapid test yang digelar Pemkab Maros, kemarin, bukan yang terakhir. Masih ada beberapa sesi rapid test berikutnya di tempat berbeda.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes Maros, dr Syarifuddin, mengingatkan para pegawai maupun masyarakat umum tidak cemas. Ini justru untuk kebaikan mereka. Sebab, ada deteksi dini.

Bahkan bila ternyata hasil rapid test seseorang positif, itu belum berarti juga positif Covid-19. Sebab, masih ada tes lanjutan (swab test) yang harus dijalani.

Syarifuddin mengatakan, rapid test bukanlah menjadi sebuah ukuran. Melainkan hanya untuk memilah atau menyaring siapa saja yang perlu ditindaklanjuti.

“Seperti kemarin kan, kita sama-sama tidak tahu. Ternyata ada 10 orang (positif) yang kita sama-sama antre,” ungkapnya, Rabu, 29 April 2020.

Bagi mereka yang dinyatakan positif diharuskan mengikuti swab test. “Belum menjamin itu positif. Kadang di-swab, hasilnya negatif,” jelas dr Syarif, sapaan karib Syarifuddin.

Begitu juga yang negatif. Belum ada jaminan. Seseorang yang mengikut rapid test, lantas virus di dalam tubuhnya masih berumur tiga hari atau belum mencapai satu minggu, memang bisa dipastikan hasilnya negatif.

“Kenapa? Karena belum terbentuk antibodinya. Kurang lebih 5-7 hari tubuh baru bereaksi membentuk antibodi. Antibodi inilah yang diukur dengan rapid test,” imbuh Syarif.

Jadi, lanjutnya, rapid test ini justru digunakan untuk mengetahui ada tidaknya “tentara” yang muncul di dalam tubuh untuk melawan virus. “Oh tidak muncul, karena ternyata virusnya baru masuk kemarin,” jelas Syarif lagi.

Karenanya, menurut Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Maros ini, bagi yang hasilnya negatif bisa mengikuti rapid test kembali. Sebaiknya 10 hari setelah tes pertama.

“Itu kalau Anda merasa pernah kontak dengan pasien positif. Kalau tidak, tidak usah. Rapid test kan diperuntukkan bagi yang pernah kontak,” ujar Syarif.

Sementara itu, rapid test selanjutnya direncanakan ke tenaga kesehatan di puskesmas hingga desa. “Kita akan jadwalkan,” katanya.

Namun, tidak semua. Hanya bagi mereka yang bersentuhan langsung dengan pasien. Missalnya, mereka yang bertugas di poliklinik, pelayanan kartu, hingga bidan desa.

Adapun jumlah peralatan rapid test sebelumnya tersedia sebanyak 2.070 unit. Sebagian sudah terpakai untuk rapid test ASN dan rumah sakit. (kar)