Kisah Kurir Langit Maros Bangun Masjid dengan Saldo Rp4.000

MAROS, MM – Pernah dengar Kurir Langit? Kini ada di Maros. Sekumpulan orang yang mewakafkan dirinya menjadi perantara antara dermawan dengan sesama atau apa saja yang membutuhkan uluran tangan.

Kurir Langit mulai merambah Maros pada Desember 2019. Pengembangan dari Kurir Langit di Barru. Infaq Pangan menjadi program pertamanya. Memberi beras terbaik (kualitas premium) untuk anak yatim, tahfiz, dan santri. Sumber dananya dari para orang tua asuh yang cukup berdonasi Rp50 ribu setiap bulan.

Hasilnya, 400 kilogram dibagikan pada Desember 2019. Bulan berikutnya di tahun baru, meningkat menjadi 1.300 kilogram. Februari lalu kembali naik, 1.480 kilogram.

Ketua Kurir Langit Maros, Sastra Darmakusumah, mengatakan, komunitas ini sesungguhnya adalah sekumpulan pengurus masjid. Namun, masjidnya belum jadi. Masjid Modern Kurir Langit di Dusun Jawi Jawi, Desa Majannang, Kecamatan Maros Baru baru saja peletakan batu pertama, 23 Februari lalu.

Meski begitu, para relawan telanjur bersemangat. Berlomba-lomba menyapu bersih pahala. Bahkan kesepakatan untuk fokus Infaq Pangan dalam enam bulan pertama, “dilanggar”. Sebab di luar sana, ternyata banyak yang membutuhkan bantuan dan tak elok bila membiarkan mereka menunggu.

Berbagai aksi kemanusiaan pun digelar. Terbaru, Selasa, 3 Maret 2020, tim Kurir Langit Maros, mengantar dan menemani Imran, warga Maros yang juga seorang dai muda, penderita tumor ganas untuk kemoterapi perdananya di Rumah Sakit Awal Bros, Makassar.

Sebelumnya, Kurir Langit Maros ikut berkontribusi pada bedah rumah Ibu Sannari di Suli-suli. Berbagi makanan untuk keluarga miskin dan anak-anak panti asuhan, bersama Dapur So’na. Ada juga pemeriksaan kesehatan gratis. Beberapa agenda lain juga sudah menanti.

Kurir Langit yang pengurus masjid sudah membuat begitu banyak aksi nyata, bahkan sebelum masjid tempat mereka akan berpusat belum berdiri sekalipun.

Menariknya lagi, imbuh Sastra, Kurir Langit Maros bismillah membangun masjid tersebut dengan saldo kas yang sangat minim.

“Waktu mau peletakan batu pertama, saya cek saldo di bendahara, ternyata sisa Rp4 ribu. Berani betul kita,” tutur Sastra, tertawa.

Namun misi jalan terus. Setiap hari tukang akan bekerja. Sebab minim kas bagi Kurir Langit tidak sama dengan tidak ada dana. Bantuan bisa datang kapan saja, dari arah mana saja.

Satu hal lagi, imbuh Sastra, semua yang bergabung dengan tim Kurir Langit adalah relawan. Semua berlomba memanggul beras, mengangkat batu, membagi nasi kotak. Tak peduli pembina atau ketua.

“Struktural yang ada hanya formalitas karena kami juga perlu terdaftar. Pada intinya, kami bersaing untuk mendapatkan pahala. Berjuang sampai surga,” imbuh pria yang juga Ketua Asosiasi UKM Mutiara Timur Kabupaten Maros itu. (idz)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *